Tahun 2025 adalah tahun di mana sektor logistik dan transportasi di Indonesia menghadapi tantangan operasional yang sangat kompleks, dan berpengaruh terhadap turunnya kualitas layanan dan daya saing bisnis. Akan tetapi, deretan permasalahan ini justru terdapat peluang besar yang dapat dioptimalkan. Hal ini sejalan dengan press release Supply Chain Indonesia (SCI), di mana pihaknya memprediksi bahwa di tahun 2025, subsektor transportasi (mencakup transportasi barang dan penumpang) akan tumbuh hingga 11,09%, sementara sektor pergudangan akan tumbuh sebesar 18,26%.
Menurut laporan terkini kami, ada beberapa tantangan serius yang dihadapi oleh pelaku bisnis logistik dan transportasi di tahun ini, seperti biaya operasional bisnis naik, posisi Indonesia di Logistics Performance Index (LPI) turun dari peringkat 46 menjadi 63, hingga tingginya risiko kecelakaan yang menyebabkan kerugian material bagi perusahaan.
Berikut pembahasan lengkapnya dan temukan bagaimana digitalisasi menjadi kunci utama dalam mengatasi tantangan sekaligus meraih peluang untuk membantu bisnis Anda bertumbuh dan lebih berdaya saing.
Daftar Isi
Tantangan yang Dihadapi di Tahun 2025
Biaya Operasional Naik
Salah satu tantangan utama di sektor ini adalah tingginya biaya operasional. Biaya ini disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai, regulasi yang kompleks, kenaikan harga bahan bakar, dan rantai pasok kurang efisien. Infrastruktur Indonesia masih terlalu fokus di pulau Jawa, sedangkan daerah lain belum memadai untuk mendukung efisiensi logistik secara optimal. Selain itu, regulasi yang kompleks seperti program National Logistics Ecosystem (NLE) masih memerlukan penataan ulang. Ditambah lagi dengan kenaikan harga bahan bakar per 1 Januari 2025 sebesar 3% hingga 5,9% yang memicu semakin tingginya biaya operasional. Sementara di lapangan, kendaraan juga mengalami downtime yang membuat biaya servis tinggi, dan pemilihan rute yang tidak optimal membuat biaya pengiriman pun naik. Akibatnya, harga jual tinggi, permintaan dan margin keuntungan turun, serta penyusutan daya saing.
Kualitas Logistik Indonesia Turun
Posisi Indonesia pada Logistics Performance Index (LPI) mengalami penurunan, dari peringkat 46 menjadi 63. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia turun 17 peringkat dibandingkan tahun 2018 yaitu 46. Sementara negara tetangga seperti Filipina justru naik 17 peringkat (dari 60 ke 43), dan Malaysia yang naik 11 peringkat (dari 41 ke 30), serta Singapura menduduki peringkat 1 dari yang sebelumnya peringkat 7. Menurut laporan terkini kami, rendahnya LPI Indonesia ini adalah kualitas infrastruktur yang kurang memadai, efisiensi transportasi yang rendah, kurangnya adopsi teknologi, serta persaingan regional yang ketat.
Tingginya Risiko Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut hasil penelitian Pusat Informasi Kriminal (Pusiknas) yang dirilis oleh Katadata, pada semester 1 tahun 20218, ada sekitar 18 ribu kasus kecelakaan yang diakibatkan oleh kelalaian pengemudi. Kelalaian pengemudi ini meliputi mereka yang ceroboh melihat ke arah depan, gagal menjaga jarak aman, melampaui batas kecepatan, melakukan aktivitas lain sambil mengemudi, serta berbagai jenis kecerobohan lainnya. Hambatan lainnya adalah pengemudi yang tidak fokus saat berkendara, tidak terdapat dokumentasi kecelakaan, dan rendahnya kepatuhan terhadap SOP perusahaan.
Digitalisasi: Kunci Utama Meningkatkan Pertumbuhan dan Daya Saing Bisnis
Mengadopsi teknologi adalah salah satu kunci utama dalam meningkatkan pertumbuhan dan daya saing bisnis. Hal ini selaras dengan program NLE dari pemerintah yang mendorong pelaku bisnis untuk beralih dari sistem manual ke digitalisasi.
Digitalisasi memanfaatkan platform manajemen armada yang terintegrasi dengan GPS dan sensor kendaraan cerdas berbasis Artificial Intelligence (AI). Integrasi teknologi ini membantu pelaku bisnis untuk meningkatkan efisiensi biaya operasional dan kualitas layanan, sehingga lebih unggul dalam daya saing.
Dalam laporan terkini kami, digitalisasi mampu:
Menghemat penggunaan bahan bakar dengan pengatur rute pengiriman tercepat
Meningkatkan transparansi dengan pelacakan pengiriman real-time
Mencegah kerugian dengan peringatan anomali bahan bakar
Mencegah biaya pemeliharaan tinggi dengan penjadwalan perawatan rutin
Mewujudkan keamanan perjalanan dengan video monitoring berbasis AI
Meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan dengan pengiriman tepat waktu
Ingin tahu lebih lengkap? Unduh whitepaper sekarang.